PASAL X
AS-SUNNAH VS BID’AH
28.Apakah dalam
agama ini ada bid’ah hasanah (yang baik)?
Jawaban : Tidak ada bid’ah hasanah.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wata’ala :
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإِسْلاَمَ دِينًا
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al-Maidah:3)
Dan Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Artinya: Jauhilah oleh kalian semua yang
diada adakan, karena semua yang diada adakan itu bid’ah dan semua bid’ah adalah
sesat, sedangkan setiap kesesatan itu
tempatnya di neraka. [HR Ahmad]
29.Apa yang
dimaksud bid’ah dalam agama (Islam) itu?
Jawaban : Bid’ah dalam agama (Islam) ialah menambah atau mengurang-ngurangi ajaran agama.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman mengingkari bid’ah-bid’ah yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik:
أَمْ
لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ
Artinya: Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? (QS
Asy-Syuraa:21)
Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ عَمِلَ
عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Artinya: Barang siapa yang mengada-adakan
dalam perkara kami ini, apa yang bukan darinya maka ia tertolak. [Muttafaqun ‘Alaih, Muslim 5/132 (1242)]
30.Apakah dalam
Islam ada “Sunnah Hasanah” (sunnah yang baik)?
Jawaban : Ya, (seperti menampakkan, menghidupkan kembali atau
mencontohkan suatu perbuatan yang disyariatkan dan terpuji menurut agama Islam
kepada orang lain agar orang lain tergugah hatinya dan mau mengikutinya dalam
melakukan perbuatan tersebut. Jadi bukan bid’ah yang kemudian dianggap baik. )
وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: Dan jadikanlah aku imam untuk orang-orang
yang bertaqwa (QS
Al-Furqaan:74)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
Artinya: Barang siapa yang melakukan sesuatu
perbuatan yang baik (sunnah hasanah) dalam Islam, maka baginya pahala dari
perbuatanya dan pahala dari orang yang melakukannya setelahnya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. [Muttafaqun ‘Alaih, HR Muslim 8/61 (1868) – 8/62 (1869)]
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan "sanna sunnah hasanah"
(sunnah yang baik) itu ialah menampakkan, menghidupkan kembali atau
mencontohkan suatu perbuatan yang disyari'atkan dan terpuji menurut agama Islam
kepada orang lain agar orang lain tergugah hatinya dan mau mengikutinya dalam
melakukan perbuatan tersebut Jadi bukan sebagaimana yang difahami oleh sebagian
orang yang gandrung dan suka melestarikan bid'ah, mereka memahami "sanna
sunnah hasanah" itu dengan mengadakan atau menciptakan bid'ah hasanah.
Lalu mereka akhirnya membagi Bid'ah menjadi 2 yaitu :
1. Bid'ah hasanah atau bid'ah mahmudah
(bid'ah yang baik atau bid'ah yang terpuji).
2. Bid'ah sayyi'ah atau bid'ah
madzmuumah (bid'ah yang jelek atau bid'ah yang tercela).
Mereka salah kaprah dalam memahami hadits tersebut.
Sekali lagi pengertian "sanna sunnah hasanah" itu tidak bisa
tidak harus difahami dengan mencontohkan perbuatan, yang baik menurut Islam
kepada orang lain, karena hal ini sesuai dengan sababul wuruudil hadits (sebab
yang melatar belakangi keluamya hadits itu) yaitu adanya riwayat lain dalam
kitab Sunan Ad-Daarimiy (11141) hadits no. 514, disitu disebutkan :
Dari Jarir bin Abdulloh radhiyallahu anhu dia berkata :
خَطَبَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَثَّ النَّاسَ عَلَى
الصَّدَقَةِ فَأَبْطَئُوا حَتَّى بَانَ فِي وَجْهِهِ الْغَضَبُ ثُمَّ إِنَّ
رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ جَاءَ بِصُرَّةٍ فَتَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رُئِيَ
فِي وَجْهِهِ السُّرُورُ فَقَالَ مَنْ سَنَّ سُنَّةً ....
"Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam pemah berkhutbah kepada kami, lalu beliau
memberi semangat kepada manusia untuk bersedekah akan tetapi mereka
berlambat-lambat untuk bersedekah sampai-sampai nampak kemarahan diwajah beliau
kemudian datanglah seorang Anshor dengan sekantung (sedekah) lalu orang-orang
(bersedekah) mengikutinya sehingga nampak keceriaan wajah beliau, maka
beliaupun bersabda : "Barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang baik.
.. " (dan seterusnya
sampai akhir hadits)."
Jadi hadits tersebut keluar berkaitan dengan masalah
sedekah yang disyari'atkan. Ditambah lagi hadits tadi keluar dari lisan seorang
yang tidak sekali dua kali tapi sering sekali mewanti-wanti umatnya dengan
mengatakan :
وَ
كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
"Dan setiap bid'ah itu adalah sesat sedangkan setiap
kesesatan itu tempatnya di neraka." (Hadits riwayat Ahmad).
Jadi tidak mungkin "Sunnah Hasanah"
diartikan "Bid'ah Hasanah", karena sudah jelas setiap bid'ah
itu adalah sesat dan jelek tidak ada yang baik. Jika tidak, berarti kita
menganggap pada sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam itu ada yang kontradiksi dan ini adalah
mustahil.
Sebagai saran saya kepada pembaca, untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
masalah bid'ah silahkan dikaji kitab-kitab :
- "Ilmu Ushulul Al-Bida’"
Karya : Syeikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi
Al-Atsari.
Dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
judul "Membedah Akar Bid'ah".
Oleh : Asmuni Sulihan Zamakhsyari.
Terbitan : Pustaka AI-Kautsar.
- "Al-Luma' Fii Ar-Rodd 'alaa Muhassin
Al-Bida'"
Karya : Abdul Qoyyum Muhammad As-Sahibani
Dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
judul "Mengapa Anda Menolak Bid'ah Hasanah?"
Oleh : Abu Hafs Muhammad Tasyrif Asbi Al-Ambony S.Ag.
Terbitan : Pustaka At-Tibyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar