Sabtu, 04 Februari 2017

Syarh Khudz Aqiidatak min Al-Kitab wa As-Sunnah Ash-Shohiihah 10

PASAL  X
AS-SUNNAH VS BID’AH


28.Apakah dalam agama ini ada bid’ah hasanah (yang baik)?

Jawaban : Tidak ada bid’ah hasanah.

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wata’ala :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al-Maidah:3)

Dan Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Artinya: Jauhilah oleh kalian semua yang diada adakan, karena semua yang diada adakan itu bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat, sedangkan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka. [HR Ahmad]


29.Apa yang dimaksud bid’ah dalam agama (Islam) itu?

Jawaban : Bid’ah dalam agama (Islam) ialah menambah atau mengurang-ngurangi ajaran agama.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman mengingkari bid’ah-bid’ah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ
Artinya: Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (QS Asy-Syuraa:21)

Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Artinya: Barang siapa yang mengada-adakan dalam perkara kami ini, apa yang bukan darinya maka ia tertolak. [Muttafaqun ‘Alaih, Muslim 5/132 (1242)]


30.Apakah dalam Islam ada “Sunnah Hasanah” (sunnah yang baik)?

Jawaban : Ya, (seperti menampakkan, menghidupkan kembali atau mencontohkan suatu perbuatan yang disyariatkan dan terpuji menurut agama Islam kepada orang lain agar orang lain tergugah hatinya dan mau mengikutinya dalam melakukan perbuatan tersebut. Jadi bukan bid’ah yang kemudian dianggap baik. )

وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: Dan jadikanlah aku imam untuk orang-orang yang bertaqwa (QS Al-Furqaan:74)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
Artinya: Barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang baik (sunnah hasanah) dalam Islam, maka baginya pahala dari perbuatanya dan pahala dari orang yang melakukannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. [Muttafaqun ‘Alaih, HR Muslim 8/61 (1868) – 8/62 (1869)]

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan "sanna sunnah hasanah" (sunnah yang baik) itu ialah menampakkan, menghidupkan kembali atau mencontohkan suatu perbuatan yang disyari'atkan dan terpuji menurut agama Islam kepada orang lain agar orang lain tergugah hatinya dan mau mengikutinya dalam melakukan perbuatan tersebut Jadi bukan sebagaimana yang difahami oleh sebagian orang yang gandrung dan suka melestarikan bid'ah, mereka memahami "sanna sunnah hasanah" itu dengan mengadakan atau menciptakan bid'ah hasanah. Lalu mereka akhirnya membagi Bid'ah menjadi 2 yaitu :

1.      Bid'ah hasanah atau bid'ah mahmudah (bid'ah yang baik atau bid'ah yang terpuji).
2.      Bid'ah sayyi'ah atau bid'ah madzmuumah (bid'ah yang jelek atau bid'ah yang tercela).

Mereka salah kaprah dalam memahami hadits tersebut. Sekali lagi pengertian "sanna sunnah hasanah" itu tidak bisa tidak harus difahami dengan mencontohkan perbuatan, yang baik menurut Islam kepada orang lain, karena hal ini sesuai dengan sababul wuruudil hadits (sebab yang melatar belakangi keluamya hadits itu) yaitu adanya riwayat lain dalam kitab Sunan Ad-Daarimiy (11141) hadits no. 514, disitu disebutkan :

Dari Jarir bin Abdulloh radhiyallahu anhu dia berkata :
خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَثَّ النَّاسَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَأَبْطَئُوا حَتَّى بَانَ فِي وَجْهِهِ الْغَضَبُ ثُمَّ إِنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ جَاءَ بِصُرَّةٍ فَتَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رُئِيَ فِي وَجْهِهِ السُّرُورُ فَقَالَ مَنْ سَنَّ سُنَّةً ....
"Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam  pemah berkhutbah kepada kami, lalu beliau memberi semangat kepada manusia untuk bersedekah akan tetapi mereka berlambat-lambat untuk bersedekah sampai-sampai nampak kemarahan diwajah beliau kemudian datanglah seorang Anshor dengan sekantung (sedekah) lalu orang-orang (bersedekah) mengikutinya sehingga nampak keceriaan wajah beliau, maka beliaupun bersabda : "Barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang baik. .. " (dan seterusnya sampai akhir hadits)."

Jadi hadits tersebut keluar berkaitan dengan masalah sedekah yang disyari'atkan. Ditambah lagi hadits tadi keluar dari lisan seorang yang tidak sekali dua kali tapi sering sekali mewanti-wanti umatnya dengan mengatakan :

وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَ كُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
"Dan setiap bid'ah itu adalah sesat sedangkan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka." (Hadits riwayat Ahmad).

Jadi tidak mungkin "Sunnah Hasanah" diartikan "Bid'ah Hasanah", karena sudah jelas setiap bid'ah itu adalah sesat dan jelek tidak ada yang baik. Jika tidak, berarti kita menganggap pada sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam  itu ada yang kontradiksi dan ini adalah mustahil.

Sebagai saran saya kepada pembaca, untuk mendapatkan pengetahuan mengenai masalah bid'ah silahkan dikaji kitab-kitab :

  1. "Ilmu Ushulul Al-Bida’"
Karya : Syeikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari.
Dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul "Membedah Akar Bid'ah".
Oleh : Asmuni Sulihan Zamakhsyari.
Terbitan : Pustaka AI-Kautsar.

  1. "Al-Luma' Fii Ar-Rodd 'alaa Muhassin Al-Bida'"
Karya : Abdul Qoyyum Muhammad As-Sahibani
Dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul "Mengapa Anda Menolak Bid'ah Hasanah?"
Oleh : Abu Hafs Muhammad Tasyrif Asbi Al-Ambony S.Ag.
Terbitan : Pustaka At-Tibyan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar