Sabtu, 04 Februari 2017

Syarh Khudz Aqiidatak min Al-Kitab wa As-Sunnah Ash-Shohiihah 8

PASAL  VIII
JIHAD, AL-WALA’ DAN BERHUKUM


28.Apa hukum jihad dijalan Allah Subhanahu wata'ala?

Jawaban : Jihad hukumnya wajib, baik dengan harta, jiwa maupun dengan lisan.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
انْفِرُواْ خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. (QS At-Taubah:41)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  pun bersabda:
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
Artinya: Perangilah orang-orang musyrikin dengan harta kalian, jiwa kalian dan lidah kalian. [HR Abu dawud 2504]

       
29.Apa yang dimaksud al-Wala’ (loyaliyas)?

Jawaban : Al-Wala’ adalah rasa cinta dan pemberian pertolongan (loyalitas).

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Artinya: Orang beriman laki dan perempuan sebagian mereka sebagai penolong sebagian yang lainnya (QS At-Taubah:71)

Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
Artinya: Orang mukmin bagi mukmin yang lainnya seperti satu bangunan (dimana) yang sebagian menguatkan sebagian yang lainnya. [HR Muslim 8/20 (1781)]

       
30.Apakah boleh berloyalitas kepada orang kafir dan menolong mereka?

Jawaban : Tidak boleh.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Artinya: Barang siapa mengambil mereka sebagai penolong maka sesungguhnya dia termasuk dari golongan mereka (QS Al-Maidah:51)

Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ اَلَ بَنِيْ فُلَانٍ لَيْسُوْا بِأَ وْلِيَاىِٔيْ
Artinya: Sesungguhnya keluarga bani fulan bukanlah mereka itu orang-orang yang berhak mendapat wala’ku (karena mereka kafir). [HR Ahmad]

Penjelasan :

Lawan dari Al-Wala' ialah Al-Barro' yaitu: memutus kecenderungan hati dari perasaan loyal dan cinta kepada orang-orang kafir dan orang­-orang musyrik dengan bukti tidak memberikan pertolongan kepada mereka.

Al-Wala' dan Al-Baro' menempati kedudukan yang amat tinggi dalam Islam, keduanya merupakan tali ikatan iman yang paling kokoh. Sebagaimana hal ini ditegaskan oIeh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  :
أَوْ ثَقُ عُرَى الْاِ يْمَانِ اَلْحُبَّ فِيْ اللِّهِ وَالْبُعْضُ فِيْ اللِّهِ
“Tali ikatan iman yang paling kokoh ialah cinta dan benci karena Allah." (Hadits riwayat Ibnu Jarir).

Dalam riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:

Barang siapa yang cinta dan benci karena Allah serta berteman akrab dan bermusuhan karena Allah, maka ia akan meraih Cinta Kasih Allah, dan searang hamba tidak akan mendapatkan manisnya iman walaupun banyak sekali shalatnya dan puasanya sehingga ia dalam keadaan seperti itu (berwala' dan berbaro' karena Allah). Dan sungguh kebanyakan persaudaraan yang dijalin aleh manusia adalah karena tendensi duniawi sedangkan yang demikian itu tidaklah bermanfaat bagi pelakunya sedikitpun. " (Hadits riwayat Thobroniy).

Lantas kepada siapakah kita berwala'?, kita berwala' kepada Allah, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman, sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an, surat Al-Maidah ayat : 55. Namun sangat disayangkan sekali apabila kita cermati keadaan kaum muslimin dewasa ini, mereka sangat buta terhadap pelajaran Al-Wala' dan Al-Baro' ini terlebih dalam penerapannya.

Diperparah lagi dengan sikap tokoh-tokohnya yang nyeleneh yang mengatas-namakan kaum intelektual muslim, mereka bergandeng tangan mesra dengan gembong-gembong zionis dan salibis, dengan dalil demi tegaknya HAM-lah, tuntutan politik-lah, demi kerukunan-lah, demi inilah demi itulah dan sebagainya yang tanpa dibenarkan sedikitpun oleh dalil AI-Qur'an, As-Sunnah dan apa yang dipahami oleh generasi terdahulu yang sholeh.

Akhirnya masyarakat yang notabene kebanyakan awwam ini dibuat bingung, kepada siapakah mereka harus berwala' dan berbaro', tidak mengenal mana kawan mana lawan.

Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada umat ini untuk tidak mengikuti tokoh-tokoh mereka yang jauh dari petunjuk-Nya.

       
31.Siapakah wali (Allah) itu?

Jawaban : Wali Allah adalah orang yang benar-benar beriman lagi bertaqwa. 

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
Artinya: Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran ter-hadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Yunus:62-63)

Dan bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّمَا وَلِيِيُ الله صَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: Sesungguhnya waliku itu hanyalah Allah Subhanahu wata’ala dan orang shalih dari kalangan orang-orang beriman. [HR Ahmad]

Penjelasan :

Yang dinamakan Wali Allah menurut Allah ialah orang yang tinggi derajat iman dan taqwanya yaitu dari kalangan ahli tauhid dan ahli As­ Sunnah bukan dari kalangan ahli kufur, ahli syirik, ahli bid'ah dan ahli ma'shiyat.

Allah (dalam Al-Qur'an) tidak mensyaratkan karomah (kehebatan diluar kemampuan manusia) bagi diri seorang wali-Nya. Tetapi kadang­-kadang Allah menganugerahi karomah kepada siapa yang Dia kehendaki dari kalangan wali-wali-Nya, semisal karomahnya Maryam yaitu dia selalu mendapati hidangan makanan di mihrobnya dari sisi Robbnya. (lihat QS Ali-Imron : 37).

Adapun istilah Wali Allah kalau menurut sangkaan sebagian orang ialah seseorang yang memiliki kehebatan semisal tidak mempan senjata tajam, bisa terbang, bisa berjalan diatas pennukaan air dan sebagainya walaupun orang itu ahli syirik, ahli bid'ah atau ahli ma'shiyat, maka jelas ini adalah persepsi yang keliru. Kalaupun memiliki kehebatan, itu bukanlah karomah, tapi itu adalah sihir dari syetan-syetan jin, tentunya atas kehendak Allah sebagai istidroj (kemudahan-kemudahan atau sarana yang dengan itu justeru ia semakin sombong dan bertambah dosa dan kesesatannya) baginya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala  :
قُلْ مَن كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا
"Katakanlah : "Barang siapa yang berada didalam kesesatan maka biarlah (Allah) Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya." (QS Maryam : 75)

Dengan demikian dia sebenamya bukan wali Allah , tapi “Wali­ Syetan".


32.Dengan apakah kaum muslimin itu berhukum?

Jawaban : Mereka wajib menghukumi dengan Al Quran dan Al-Hadits yang shahih.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Dan siapa yang tidak berhukum dengan apa  yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang kafir. (QS Al-Maidah: 44)

وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ
Artinya: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, (QS Al-Maidah: 49)

Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ فَلِمَ تُكْنَى
Artinya: Allah Subhanahu wata'ala adalah penentu hukum, dan kepada-Nya tempat kembali. [HR Abu Dawud 4955, An-Nasa'i 5387]
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ
Rasulullah bersabda: “Wahai Dzat yang Maha Mengetahui yang ghoib dan yang tampak, Engkaulah yang memutuskan perkara diantara hamba-hamba-Mu.” [HR Muslim]

Penjelasan :

Al-Qur'an dan Al-Hadits sama-sama wajib diberlakukannya, karena keduanya merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala . Berdasarkan firman-Nya :
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya ltu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS An-Najm : 3-4).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar