PASAL VIII
JIHAD, AL-WALA’ DAN BERHUKUM
28.Apa hukum jihad
dijalan Allah Subhanahu wata'ala?
Jawaban : Jihad hukumnya wajib, baik dengan harta, jiwa maupun dengan
lisan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
انْفِرُواْ
خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ
اللّهِ
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan
merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah. (QS
At-Taubah:41)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
جَاهِدُوا
الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
Artinya: Perangilah orang-orang musyrikin
dengan harta kalian, jiwa kalian dan lidah kalian. [HR Abu dawud 2504]
29.Apa yang
dimaksud al-Wala’ (loyaliyas)?
Jawaban : Al-Wala’ adalah rasa cinta dan pemberian pertolongan
(loyalitas).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Artinya: Orang beriman laki dan perempuan
sebagian mereka sebagai penolong sebagian yang lainnya (QS At-Taubah:71)
Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا.
Artinya: Orang mukmin bagi mukmin yang
lainnya seperti satu bangunan (dimana) yang sebagian menguatkan sebagian yang
lainnya. [HR
Muslim 8/20 (1781)]
30.Apakah boleh
berloyalitas kepada orang kafir dan menolong mereka?
Jawaban : Tidak boleh.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَن
يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Artinya: Barang siapa mengambil mereka
sebagai penolong maka sesungguhnya dia termasuk dari golongan mereka (QS Al-Maidah:51)
Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ اَلَ بَنِيْ فُلَانٍ لَيْسُوْا بِأَ وْلِيَاىِٔيْ
Artinya: Sesungguhnya keluarga bani fulan
bukanlah mereka itu orang-orang yang berhak mendapat wala’ku (karena mereka
kafir). [HR Ahmad]
Penjelasan :
Lawan dari Al-Wala' ialah Al-Barro' yaitu: memutus
kecenderungan hati dari perasaan loyal dan cinta kepada orang-orang kafir dan
orang-orang musyrik dengan bukti tidak memberikan pertolongan kepada mereka.
Al-Wala' dan Al-Baro' menempati kedudukan yang amat
tinggi dalam Islam, keduanya merupakan tali ikatan iman yang paling kokoh.
Sebagaimana hal ini ditegaskan oIeh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
أَوْ ثَقُ عُرَى الْاِ يْمَانِ اَلْحُبَّ فِيْ اللِّهِ
وَالْبُعْضُ فِيْ اللِّهِ
“Tali ikatan iman yang paling kokoh ialah cinta dan benci
karena Allah." (Hadits
riwayat Ibnu Jarir).
Dalam riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Barang siapa yang cinta dan benci karena Allah serta berteman akrab dan
bermusuhan karena Allah, maka ia akan meraih Cinta Kasih Allah, dan searang hamba
tidak akan mendapatkan manisnya iman walaupun banyak sekali shalatnya dan
puasanya sehingga ia dalam keadaan seperti itu (berwala' dan berbaro' karena
Allah). Dan sungguh kebanyakan persaudaraan yang dijalin aleh manusia adalah
karena tendensi duniawi sedangkan yang demikian itu tidaklah bermanfaat bagi
pelakunya sedikitpun. " (Hadits riwayat Thobroniy).
Lantas kepada siapakah kita berwala'?, kita berwala'
kepada Allah, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman, sebagaimana yang
ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an, surat Al-Maidah ayat : 55. Namun sangat
disayangkan sekali apabila kita cermati keadaan kaum muslimin dewasa ini,
mereka sangat buta terhadap pelajaran Al-Wala' dan Al-Baro' ini terlebih dalam
penerapannya.
Diperparah lagi dengan sikap tokoh-tokohnya yang nyeleneh
yang mengatas-namakan kaum intelektual muslim, mereka bergandeng tangan mesra
dengan gembong-gembong zionis dan salibis, dengan dalil demi tegaknya HAM-lah,
tuntutan politik-lah, demi kerukunan-lah, demi inilah demi itulah dan sebagainya
yang tanpa dibenarkan sedikitpun oleh dalil AI-Qur'an, As-Sunnah dan apa yang
dipahami oleh generasi terdahulu yang sholeh.
Akhirnya masyarakat yang notabene kebanyakan awwam ini
dibuat bingung, kepada siapakah mereka harus berwala' dan berbaro', tidak
mengenal mana kawan mana lawan.
Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada umat ini
untuk tidak mengikuti tokoh-tokoh mereka yang jauh dari petunjuk-Nya.
31.Siapakah wali
(Allah) itu?
Jawaban : Wali Allah adalah orang yang benar-benar beriman lagi
bertaqwa.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
أَلا
إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ
آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
Artinya: Sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran ter-hadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (Yunus:62-63)
Dan bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّمَا وَلِيِيُ الله صَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: Sesungguhnya waliku itu hanyalah Allah
Subhanahu wata’ala dan orang shalih dari kalangan orang-orang beriman. [HR Ahmad]
Penjelasan :
Yang dinamakan Wali Allah menurut Allah ialah orang yang
tinggi derajat iman dan taqwanya yaitu dari kalangan ahli tauhid dan ahli As
Sunnah bukan dari kalangan ahli kufur, ahli syirik, ahli bid'ah dan ahli
ma'shiyat.
Allah (dalam Al-Qur'an) tidak mensyaratkan karomah
(kehebatan diluar kemampuan manusia) bagi diri seorang wali-Nya. Tetapi kadang-kadang
Allah menganugerahi karomah kepada siapa yang Dia kehendaki dari kalangan
wali-wali-Nya, semisal karomahnya Maryam yaitu dia selalu mendapati hidangan
makanan di mihrobnya dari sisi Robbnya. (lihat QS Ali-Imron : 37).
Adapun istilah Wali Allah kalau menurut sangkaan sebagian
orang ialah seseorang yang memiliki kehebatan semisal tidak mempan senjata
tajam, bisa terbang, bisa berjalan diatas pennukaan air dan sebagainya walaupun
orang itu ahli syirik, ahli bid'ah atau ahli ma'shiyat, maka jelas ini adalah
persepsi yang keliru. Kalaupun memiliki kehebatan, itu bukanlah karomah, tapi
itu adalah sihir dari syetan-syetan jin, tentunya atas kehendak Allah sebagai
istidroj (kemudahan-kemudahan atau sarana yang dengan itu justeru ia semakin
sombong dan bertambah dosa dan kesesatannya) baginya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu
wata’ala :
قُلْ مَن
كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا
"Katakanlah : "Barang siapa yang berada didalam
kesesatan maka biarlah (Allah) Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo
baginya." (QS Maryam :
75)
Dengan demikian dia sebenamya bukan wali Allah , tapi
“Wali Syetan".
32.Dengan apakah
kaum muslimin itu berhukum?
Jawaban : Mereka wajib menghukumi dengan Al Quran dan Al-Hadits
yang shahih.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَن
لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Dan siapa yang tidak berhukum dengan
apa yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang kafir. (QS Al-Maidah: 44)
وَأَنِ
احْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ
Artinya: Dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, (QS Al-Maidah: 49)
Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ فَلِمَ
تُكْنَى
Artinya: Allah Subhanahu wata'ala adalah
penentu hukum, dan kepada-Nya tempat kembali. [HR Abu Dawud 4955, An-Nasa'i 5387]
عَالِمَ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ
Rasulullah bersabda: “Wahai Dzat yang
Maha Mengetahui yang ghoib dan yang tampak, Engkaulah yang memutuskan perkara
diantara hamba-hamba-Mu.” [HR Muslim]
Penjelasan :
Al-Qur'an dan Al-Hadits sama-sama wajib diberlakukannya,
karena keduanya merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala .
Berdasarkan firman-Nya :
وَمَا
يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan
hawa nafsunya. ucapannya ltu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (QS An-Najm :
3-4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar