Sabtu, 04 Februari 2017

Syarh Khudz Aqiidatak min Al-Kitab wa As-Sunnah Ash-Shohiihah 9

PASAL  IX
WAJIB MENGAMALKAN AL-QUR’AN & AL-HADITS

       
28.Untuk apa Allah Subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur’an?

Jawaban : Allah Subhanahu wata’ala menurunkan Al-Quran untuk diamalkan.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ
Artinya: Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan jangan ikuti pemimpin selainNya (Qs Al-A’raaf:3)

Dan bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
اِقْرَءُوا الْقُرْاَنَ وَاعْمَلُوْا بِهِ وَلاَ تَأْ كُلُوا بِهِ
Artinya: Bacalah Al-Qur’an dan amalkanlah (kandungannya), dan jangan engkau mencari makan dengannya (menyelewengkan / merubah-rubah demi keuntungan duniawi). [HR Ahmad]


29.Apa hukumnya beramal dengan hadits yang shahih?

Jawaban: Hukum mengamalkan hadits yang shahih adalah wajib.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wata’ala :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. (QS Al-Hasyr:7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:
عَلَيْكُمْ  بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا
“Berpegang teguhlah kamu dengan sunnahku dan sunnah-sunnah para khalifahku yang telah mendapat petunjuk sepeninggalku, berpegang teguhlah dengannya.” [HR Ahmad]

Penjelasan :

Hadits shohih adalah hadits yang bisa dijadikan hujjah (dalil) dan wajib diamalkan. Adapun hadits shohih itu harns memenuhi beberapa syarat, yaitu :

1)     Ittishoolus-Sanad (sanadnya bersambung).
Maksudnya : Bahwa setiap rowi (orang yang meriwayatkan hadits) mengambil hadits dari rowi lain diatasnya secara langsung, mulai dari sanad pertama (mudawwin : semisal Bukhoriy) sampai sanad terakhir (sahabat).

2)     'Adalatur-Ruwaat (rowi-rowinya adil).
Maksudnya : bahwa setiap rowinya haruslah seorang muslim, berakal sehat, baligh, tidak fasiq dan tidak melakukan tindakan yang mencemarkan muru'ah (citra) nya.

3)     Dlobthur-Ruwaat (rowi-rowinya memiliki hafalan yang kuat dan mantap). Atau memiliki catatan-catatan hadits yang dapat dipertanggung jawabkan keotentikannya.

4)     ’Adamusy-Syudzuudz (haditsnya tidak syadz / janggal).
Maksudnya: haditsnya tidak menyelisihi hadits lain yang diriwayatkan oleh rowi-rowi yang lebih kuat dan lebih terpercaya.

5)     'Adamul-'Illah (tidak ada cacat dalam haditsnya).
Yang dimaksud dengan cacat disini ialah faktor-faktor tersembunyi yang menyebabkan sebuah hadits menjadi tidak shohih karenanya, dan tentunya yang mengetahuinya hanyalah seorang pakar hadits, sementara bagi orang awam hal itu tidak kentara.

(Dinukil/diterjemahkan secara bebas dari kitab : Taisir Mushtholahul Hadits, karya : DR. Mahmud Thohhan. cet. Darul-Fikr. hal: 30)

Al-Khulafaaur-Roosyiduun.

·         Al-Khulafaa' bentuk jamak dari Al-Kholiifah artinya pengganti. maksudnya pengganti Rosullilloh shallallahu ‘alaihi wasallam  dalam memegang tampuk kepemimpinan di Madinah, mereka itu adalah : Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khoththob, Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Tholib raa. Dan mereka itulah sebagai representasi (perwakilan) dari sahabat-­sahabat yang lainnya.
·         Ar-Roosyiduun, bentuk jamak dan Ar-Rosyiid, yaitu orang yang lurus yang mendapatkan petunjuk.

       
30.Apakah boleh kita mencukupkan diri dengan Al-Quran saja tanpa al-Hadits?

Jawaban : Tidak boleh.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
Artinya: Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada (QS An Nahl : 44)

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam  bertugas menerangkan Al-Qur’an dengan hadits­-haditsnya, lalu bagaimanakah gerangan seandainya Al-Qur'an itu tanpa Al-Hadits?! (pent).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:
أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi wahyu Al Quran dan yang semisal Al-Quran  bersamanya yaitu Al-Hadits. [HR Abu Dawud 4604]

       
31.Apakah boleh kita mendahulukan ucapan seseorang daripada firman Allah Subhanahu wata’ala dan sabda Rasul-Nya?

Jawaban : Tidak boleh.

Berdasarkan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya (QS Al-Hujurat:1)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقِ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
Tidak ada ketaatan untuk seseorang dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wata'ala, tiada lain ketaatan itu ada dalam hal yang baik. [HR Tabhrani]

Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu berkata:
اَخْشَى اِنْ تَنْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ اَقُوْلُ لَكُمْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَتَقُوْلُوْنَ قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ
‘Aku khawatir kalian akan dihujani batu dari langit (ketika) aku katakan kepada kalian: Telah bersabda Rasulullah, lantas kalian (membantahnya dengan) mengatakan Telah berkata Abu Bakar dan Umar.’ [HR Ahmad]

       
32.Apa yang harus kita lakukan jika kita berselisih pendapat?

Jawaban : Kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Artinya: Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa:59)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Aku telah tinggalkan dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu  kitab Allah Subhanahu wata’ala dan sunnah rasulNya..
عَلَيْكُمْ  بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا
Rasulullah bersabda: “Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Al-khulafaa ‘ur-Raasyidiin yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah kalian dengannya (kedua sunnah tsb)”


33.Bagaimana kita mencintai Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul Shallallahu'alaihi wasallam ?

Jawaban : Kita mencinta dengan cara mentaati dan mengikuti perintah-perintah keduanya.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: Katakanlah: jika engkau mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs Ali Imran:31)

Bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya: Tidaklah beriman seorang di antara kalian sehingga aku lebih ia cintai dari pada cintanya kepada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. [Muttafaq alaih, Muslim 1/49 (23)]
       
       
34.Apakah kita boleh kita meninggalkan amal (usaha/ikhtiyar) dan pasrah terhadap takdir?

Jawaban : Tidak boleh.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wata’ala :
فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
Artinya: Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS Al-Lail:5-7)

Rasulullah bersabda:
اعْمَلُوْا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
“Berusahalah kalian karena setiap orang itu akan dimudahkan terhadap apa yang telah ditaqdirkan baginya.” [Muttafaqun ‘Alaih, Muslim 8/46-47 (1853)]

Kita harus mengimani dan menetapkan adanya taqdir, yang dituntut dan kita adalah berusaha maksimal kemudian bertawakkal kepada AlIoh, tentang bagaimana hasilnya terserah Allah karena itu adalah rahasia ilmu-Nya sedangkan kita semua tidak ada yang tahu tentang taqdir kita dimasa yang akan datang, oleh karena itu sekali lagi kita harus berusaha, tidak ada pilihan lain.

Allah Subhanahu wata’ala  berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr: 18).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar